1 Jun 2016

FAO MENEGASKAN: Pertanian Organik Dapat Memecahkan Masalah Kelaparan dan Perubahan Iklim



Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dalam siaran persnya mengatakan bahwa pertanian organik dapat mengurangi kelaparan, memecahkan masalah perubahan iklim, baik untuk petani, konsumen dan lingkungan. Seperti yang dilaporan oleh Lembaga Ketahanan Pangan dan Pertanian Organik (Organic Agriculture and Food Security) menyebutkan bahwa pertanian organik dapat menghadapi tantangan keamanan pangan lokal dan global. Pertanian organik tidak membutuhkan waktu yang lama untuk masuk ke pasar negara maju, bahkan telah menjadi sistem pertanian komersial yang besar pada 120 negara dunia, yang meliputi 31 juta hektar lahan yang dibudidayakan ditambah dengan (plus) 62 juta hektar area alami yang bersertifikat. Pasar organik bernilai 40 milyar dollar AS dan diperkirakan mencapai 70 milyar dollar AS pada 2012. Bagaimana dengan saat ini? Tentu sudah jauh melebihi dari tahun 2012.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (United Nations Food and Agricultural Organisation, FAO) mendefinisikan pertanian organik sebagai: “Keseluruhan sistem manajemen produksi yang menghindari penggunaan pupuk, pestisida sintetis dan organisme rekayasa genetik (GMO atau transgenik), meminimalkan polusi udara, tanah, dan air serta mengutamakan kesehatan dan produktivitas tanaman, binatang dan manusia”.

Manfaat besar pertanian organik adalah berkurangnya ketergantungan pada energi fosil, sumber daya lokal yang meminimalkan tekanan pada agro-ekologi dan biaya yang efektif. Digambarkan bahwa pertanian organik sebagai “sistem pangan neo-traditional” yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan modern dan tradisional.

Para penelitipun merekomendasikan untuk beralih ke pertanian organik khususnya bagi negara berkembang. Dalam siaran pers ini disebutkan bahwa hasil penelitian tim yang dipimpin Catherine Badgley dari Universitas Michigan pada pertanian di negara berkembang dan Negara maju menunjukkan bahwa konversi pertanian global ke pertanian organik dapat menghasilkan pasokan 2.640 sampai 4.380 kcal/hari per orang.

Fakta membuktikan bahwa intensifikasi pertanian organik dapat meningkatkan produksi hingga 56 persen merupakan berita yang menggembirakan bagi negara-negara yang kekurangan pangan dan mengalami gizi buruk. Seperti yang selama ini terjadi di negara-negara yang mengembangkan pertanian konvensional, sub-Sahara Afrika, dimana gizi buruk meningkat dua kali lipat, dari 96 juta pada 1970 menjadi 200 juta pada 1996.

Laporan FAO ini juga menyatakan manfaat pertanian organik seperti keselamatan binatang, perlindungan kehidupan liar, menghindari pestisida dan GMO, serta energi yang lebih sedikit. Hasil studi Departemen Pertanian Amerika Serikat mendukung temuan FAO ini menunjukkan bahwa hasil tanam organik lebih bernilai daripada hasil tanam konvensional di pasar, dan rata-rata petani mendapat nilai bersih 50-60 dollar lebih per acre dengan organik, meski dengan nilai transisi yang tinggi.

Sementara itu, ekspansi dan intensifikasi pertanian konvensional tidak hanya berbahaya pada lingkungan, tetapi juga pada sumber daya penting pertanian. Selama dua dekade lalu, sekitar 15 juta ha hutan tropis telah hilang setiap tahun untuk menyediakan lahan pertanian, dan luar biasa menghilangkan keragaman genetik. Dalam waktu yang sama erosi tanah dan bentuk degradasi lahan lainnya di seluruh dunia bernilai antara 5-7 juta ha pertanian setiap tahun, lebih dari 1,5 juta ha kehilangan kadar air dan garam, serta tambahan 30 juta ha yang rusak.

Di pihak lain pertanian organik memiliki kecenderungan yang sebaliknya dan mengurangi karbondioksida, nitroksida dan metana, gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi pada pemanasan global (global warming). Pertanian organik dapat melipatgandakan karbon tanah dan mengurangi GRK 48-60 persen. Contohnya, sistem pertanian organik telah menurunkan penggunaan energi fosil antara 10-70 persen di Eropa dan 29-37 persen di AS.

Pada pertanian organik, peningkatan bahan organik tanah dan biomassa mikroba merupakan hal yang sangat mendasar untuk mendukung stabilitas agro-ekosistem. Dengan rotasi tanaman, penggunaan benih lokal dan regenerasi fungsi keanekaragaman hayati merupakan kontribusi bagi keseimbangan ekologi.

Selanjutnya masyarakat organik pun menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penduduk dan menyediakan nutrisi makanan pada restauran, pasar dan toko local maupun ritel. Maka dengan komoditi dan produk organik, hendaknya konsumen sudi membayar harga yang lebih untuk biaya pelabelan yang baik dan menerima beberapa harga ekstra pertanian organik.

Permintaan produk organik menguat di negara seperti Brazil, India dan negara-negara maju lainnya yang akan menjadi percepatan pengembang pertanian organik yang menggunakan produk lokal. Tantangan utama pasar internasional adalah mengarahkan produsen bersama menciptakan mata rantai perdagangan yang adil (fair trade), menginformasikan pilihan dan asal-usul yang jelas.

Produksi pangan organik juga bermanfaat bagi petani. Hak petani atas benih dan varietas lokal menguat, adanya tukar-menukar informasi, pendapatan meningkat, produksi meningkat, perlindungan lingkungan dan kesehatan, serta sumber alami terlindungi. Untuk mengintensifkan penyebaran informasi organik, FAO menyatakan pentingnya pengembangan dan penelitian oleh berbagai pihak (perguruan tinggi dan kembaga penelitian).

Pada 2003, Badan Standarisasi Pangan Inggris (UK Food Standards Agency atau FSA) menyatakan bahwa membeli komoditi dan produk organik adalah langkah awal untuk mengurangi risiko pangan yang mengandung pestisida (bahan kimia). Residu pestisida yang dipergunakan di pertanian konvensional seperti organophosphat diduga penyebab kanker, janin yang tidak normal, sindrom keletihan kronis, kelumpuhan, alergi, khususnya untuk anak-anak, dan kanker payudara pada wanita. Pemerintah Amerika Serikat (AS) memasukkan residu pestisida sebagai salah satu dari tiga hal utama penyebab kanker.


Studi di Seattle menemukan konsentrasi residu pestisida enam kali lebih tinggi pada anak-anak yang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran konvensional. Sehingga larangan penggunaan bahan sintetis pada pertanian organik dapat mencegah racun pestisida yang menyebabkan kematian 20.000 orang setiap tahunnya pada praktik pertanian konvensional. (Ahmad Hidayat, PMHP Ahli Madya Badan Ketahanan Pangan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar